Universitas/kampus adalah sebuah lembaga pendidikan tinggi, didalamnya terkandung banyak ragam macam mahasiswa bersama latar belakang budaya dan tradisi yang banyak ragam di seluruh pelosok Indonesia, Sedangkan mahasiswa adalah pelajar tertinggi yang berintegritas dan berintelektual, mahasiswa membayar upah kepada pihak kampus sehingga sanggup mencukupi syarat untuk sanggup ikuti semester berlangsung dan mengakomodir kewajibannya slot kakek tua untuk menerima pengetahuan pengetahuan melalui proses studi mengajar.
Kampus dulunya adalah tempat ternyaman bagi mahasiswa, karena kampus adalah lembaga pendidikan yang didalamnya terkandung banyak pengetahuan dan pengetahuan, pengetahuan dan pengetahuan itu bertebaran di tiap-tiap tongkrongan, pengetahuan dan pengetahuan itu bertebaran di tiap-tiap perkumpulan, terkandung forum-forum diskusi ilmiah yang hidup dan mengulas perihal banyak ragam macam pengetahuan dan pengetahuan serta banyak ragam macam telaten pengetahuan lainnya, terkandung banyak mahasiswa yang haus akan pengetahuan dan pengetahuan, terkandung banyak kawan, kawan dan kawan baik yang selamanya senyum sapa ramah bagi sesama dan saling tolong menopang serta saling suport untuk selamanya berkembang, terkandung banyak mahasiswa yang bebas bergaya bersama Mengenakan busana apa pun tanpa dicelah ataupun di sangsi, terkandung banyak ide-ide yang cemerlang yang lahir berasal berasal dari tiap-tiap lapak baca yang sudah di sedia kan oleh organisasi, tidak tersedia yang seksis, diskriminasi, intimidasi, militerisasi, senioritas, intervensi sok kepahlawanan terhadap sesama mahasiswa serta status sosial yang tinggi. Dan kampus dulunya adalah tempat makan tidur dan sepenuhnya bagi mahasiswa.
Rupanya dunia kampus pas ini tidak seromantis dan se-eksis layaknya dulu.
Setelah lebih dari satu dekade belakangan dunia dikejutkan bersama perkembangan teknologi yang begitu pesat bersama banyak ragam macam inovasi baru yang ditawarkan oleh kapitalis sebagai tempat sehingga seluruh perihal sanggup serba instan melalui perkembangan industri. terlepas berasal berasal dari itu, lebih dari satu th. paling akhir ini sebuah WABAH/penyakit besar yang mengejutkan dunia karena sangat mematikan.
Setelah itu lahirlah lebih dari satu generasi baru yang sombong, arogan dan fanatik bersama seluruh tradisi dan budaya yang ia yakini turun temurun sebagai ideologi atas dirinya dan menyepelekan yang lain tanpa melihat bulu, mengatasnamakan kemanusiaan untuk memangsa dan mengintimidasi yang lain dan gunakan senioritas untuk menindas junior baru bersama alasan inilah budaya yang turun temurun tanpa menimbang perkembangan ekonomi politik dan antropologi sosial kehidupan kemahasiswaan di masa ini.
Alih-alih mengidamkan menjadi senioritas bersama banyak ragam pengetahuan pengetahuan yang sudah didapatkan, rupanya mereka tidak paham bahwa mereka bukanlah orang yang berkembang sesuai bersama perkembangan. tapi seluruh itu didapatkan bersama instan dan praktis sehingga tidak tersedia perkembangan, parahnya mereka cuma mengapung sebagai slot garansi 100 tongkat estafet yang tidak berkerak ikuti putaran pas dan perkembangan pengetahuan pengetahuan terhadap zaman ini. “Mungkin karena tidak dulu membaca atau barangkali tidak tau membaca menjadi cuma berkenan bekerja tanpa memikir dan bereksistensi tanpa berpengetahuan,”.
Tradisi dan budaya mahasiswa pas ini sangatlah miris tapi anehnya diteruskan sebagai suatu tradisi dan budaya baru bagi generasi selanjutnya yang baru berkenan menempuh dunia pendidikannya di perguruan tinggi.
Kegiatan mahasiswa bukan ulang mengajarkan perihal pendidikan yang layak layaknya semestinya yaitu studi mengajar untuk mandiri, kritis, ekologi, demokratik,berintegritas dll, namun, menjadi mengalami kemunduran sehingga layaknya layaknya sekumpulan organisasi mahasiswa yang arogan, fanatik, liberal dan cuma sebagai sebuah kelompok organisasi yang mengejar profit untuk meraih yang mereka mengidamkan yakni; (laporan pertanggung jawaban). Lewat pencarian dana layaknya pedagang kaki lima yang amatiran tanpa paham apa target yang mengidamkan di capai. Tidak acuhkan berasal berasal dari kesibukan itu sanggup menjadi pelajaran untuk berkembang ataupun tidak!!! Pada intinya apa pun kegiatannya mesti mencukupi beberapa syarat administrasi tertentu sehingga terselamatkan di kongres nanti. ” Apakah mereka lupa bahwa mereka sedang memikul beban mahasiswa terhadap dirinya, Sehingga tidak paham perihal apa sebetulnya identitas mahasiswa. Atau apa itu keorganisasian, Jangan hingga mereka cuma mengidamkan bekerja layaknya buruh yang tersedia di pabrik atau pebisnis yang baru berkenan mengawali bisnisnya,”.
Saya kira organisasi profit ialah organisasi yang cuma mengejar laba/upah sebagai target utama. Tetapi mengapa praktik keorganisasian non-profit saat ini menjadi mendoktrin mahasiswa untuk selamanya menjual atau mencari dana layaknya layaknya pedagang kaki lima amatiran, lebih-lebih memaksa mengintimidasi gunakan kekuatan senioritas yang mereka tidak paham apa yang semestinya dilakukan sebagai seorang senior di dunia pendidikan dalam perguruan tinggi.
Situasi kampus pas bagaikan pasar modern yang tempatnya berada di gedung hotel. Di dalamnya terkandung mahasiswa yang aneh-aneh, tersedia yang berperan menjadi pedagang kaki lima amatiran, tersedia yang menjadi boss, tersedia yang sok menjadi penegak hukum, tersedia yang seksis dan cuma memantau tiap-tiap perempuan yang melalui untuk di ganggu, tersedia yang sok menjadi preman, tersedia yang sok menjadi orang kaya, tersedia yang menjadi orang yang tidak tau berkenan kemana sehingga mondar-mandir tidak paham bagaikan pengawas proyek yang menarik boplang untuk mengukur berapa besar pondasi yang berkenan dikerjakan, tersedia terhitung yang sok menjadi aktivis, pahlawan, motivator, karismatik lebih-lebih dewa yang cuma duduk dan memantau. Semua ini adalah pembawaan baru yang diproduksi oleh generasi instan ini. Dengan sok kedermawanannya dan sok tau sepenuhnya tanpa membaca dan tak mempunyai landasan yang paham dst.
Jika dikatakan bahwa mereka adalah korban berasal berasal dari perkembangan sebelumya, sayangnya sebetulnya tidak karena mereka sendiri tidak tersedia rasa mengidamkan tahu, lebih-lebih arogansi. Seperti perkumpulan orang-orang arogan yang mengejar program kerja yang sudah disepakati terhadap pas sidang paripurna, dan orang-orang ini mulai layaknya pahlawan selama mereka selamanya bergelut di dalamnya lebih-lebih yang sudah melewatinya.
Jika masalahnya layaknya ini, maka sebetulnya apa yang diperjuangkan oleh mahasiswa saat ini dan apa yang mengidamkan dicapai berasal berasal dari seluruh itu?.
Terlepas berasal berasal dari seluruh keputusan dan kebijakan yang suda ditetapkan di dalam dunia pendidik bersama segala bentuk anggaran dan cost yang dialokasikan untuk bagaimana mencukupi beberapa syarat sehingga sanggup beroperasi sesuai bersama faedah dan tanggung jawab yang semestinya, kampus sebagai penanggung jawab penuh atas mahasiswa terhitung tidak sanggup untuk bagaimana menggiring dan menambahkan sarana yang layak dan lumayan gunah merangsang keingintahuan mahasiswa sehingga sehingga berkembang secara gawat dan intelektual untuk sanggup menjadi produk kampus yang mempunyai mutu kedepannya.
“Setelah perkembangan liberalisasi pendidikan kampus bukan ulang tempat atau sekolah yang sungguh-sungguh untuk memanusiakan manusia,tetapi kampus sudah menjadi ajang bisnis yang dimainkan oleh para pebisnis bersama membangun kampus untuk beroleh keuntungan.
Tetapi sesudah banyak ragam macam perkembangan yang terjadi, kampus menjadi mengidamkan menyita keuntungan berasal berasal dari apa yang semestinya tidak mesti ia ambil, layaknya menguras mahasiswa melalui regulasi dan keputusan baru dan tidak menopang kesibukan kemahasiswaan terhadap perihal pengaruh berasal berasal dari kesibukan itu adalah mencerminkan nama baik kampus, tidak tersedia transparansi atau sosialisasi terhadap mahasiswa dan dalam pembayaran semester pun di naikan per tahun, padahal sarana yang diberikan pihak kampus sangatlah tidak lumayan sehingga itu muncul tidak adil, lebih-lebih proses studi mengajar yang tidak berkesinambungan dan lebih dari satu kurang berkualitas, banyak dosen yang cuma menambahkan tugas tanpa mengajar dan malas masuk bersama banyak ragam alasan, mereka cuma menghimpit mahasiswa melalui tugas-tugas yang dosen sendiri tidak dulu menambahkan ilmunya dalam proses studi mengajarnya.
Ini adalah perihal sungguh-sungguh yang mesti untuk diperbaiki, mahasiswa terhitung perlu support dan dukungan, terlepas berasal berasal dari itu mahasiswa terhitung mesti paham bahwa “satu satunya yang menopang kami untuk tidak terjepit dan berlama lama di dunia kampus karena keterbatasan ekonomi adalah pengetahuan dan pengetahuan”. Jika mahasiswa mempunyai pengetahuan dan pengetahuan yang gawat dan berintelektual baik secara organisasi dan akademisi maka sudah pasti tidak tersedia kecurigaan bagi mahasiswa untuk menuntut seluruh haknya dan transparansi anggaran serta segala regulasi yang tidak tersedia keterbukaan kepada mahasiswa berasal berasal dari pihak kampus sehingga mahasiswa terhitung leluasa jikalau mengidamkan berkegiatan karena tidak mesti menggunakan tenaga dan pas cuma untuk menjadi pedagang kaki lima amatiran, tapi mempunyai banyak pas untuk studi berdiskusi dan berorganisasi layaknya layaknya pengertian dalam seluruh materi yang dulu di menerima dikala sejak awal mulai bergelut dalam organisasi bersama status mahasiswa, karena terkandung banyak ragam macam keganjilan dan ketidakterbukaan yang di sembunyikan berasal berasal dari pihak kampus dan kurang mensuport seluruh kesibukan lembaga kemahasiswaan secara transparan baik yang tersedia didalamnya maupun sarana berbentuk gedung yang sesuai bersama kesibukan mahasiswa yang berpendidikan maupun fasilitas-fasilitas pendukung lain layaknya kesibukan jam malam dst, mahasiswa sanggup berekreasi,berinovasi,dan berintegritas baik sehingga mempunyai mutu dan bermutu.
“Tetapi sayang solusi itu cuma mimpi karena watak mahasiswa saat ini tidak layaknya mahasiswa dulu,”.
Hal ini bukan cuma disebabkan oleh kampus yang tidak sungguh-sungguh dalam mengatasi kewajibannya sebagai lembaga pendidikan, selamanya mahasiswa yang tidak mempunyai mutu tidak gawat tidak berkompeten serta arogansi tak bermutu slot bet kecil dan sok berintelektual yang tidak tersedia buktinya hingga pas ini.
Semua bhs yang bagus di atas lebih dari satu besar kerap digunakan oleh sekelompok mahasiswa untuk mengidamkan bereksistensi tapi bhs yang kerap digunakan cuma sebagai kalimat atau kata doktrinan yang mereka sendiri tidak paham pelaksanaannya layaknya bagaimana karena dasarnya tidak dulu membaca dan studi sehingga bisanya cuma mendoktrin, secara realitas seluruh itu cuma semu dan layaknya janji para politisi bandit dikala mengidamkan mencalonkan diri sebagai bagian DPR.